Posts Tagged ‘Kenangan’

_DSC0316Hari ini aku mendapatkan ketenangan, sebuah kekuatan lama untuk membangun angan-angan. Kadang ada sedikit kebosanan, karena hampir setiap tulisan yang kubuat selalu berwujud nasihat terlebih objeknya sangat subjektif. Tapi itulah ungkapan yang melegakan, itulah awal hentakan yang akan menggairahkan…ada perasaan kenapa kita harus memilih jalan yang salah bila ingin merasakan, apakah itu hanya alasan untuk sebuah kekhilafan. Ataukah kita benar-benar bisa menghindar saat akibat darinya datang, tak ada yang tahu batas kebaikan dari seseorang, walau ia punya fitrah tapi sepertinya ia tetap membutuhkan penunjuk arah. Ternyata fakta tak menjadi jawaban harapan, ia malah menghancurkan. Saat kesombongan datang, timbullah kelemahan. Raga ini menjadi malas dan jiwa ini terus memelas, aku malu… pada hatiku yang beku, atau pada jalan pikiran yang kian kaku. Sifat alpha seakan menjadi bagian, aku heran ditengah kepastian, merasa gamang ditengah bayangan, apakah ini kemunduran? Langkahku bertepi angan, sebuah realita yang terabaikan atau bahasa ini sulit memberi pemahaman?

Itulah mengapa tulisan ini dianggap sebagai kenangan, sebuah rajutan sutra berbentuk sastra yang menyenangkan. Tiap kata yang dituliskan seakan melepaskan tiap beban yang dirasakan, tiap barisannya seakan iring-iringan pawai yang memberi hiburan, karena setiap duka tak harus lara aku berusaha menyuburkan cinta, sebuah rasa yang sangat dirindukan. Menjadi asa dalam kehidupan, tuhan kapan aku mendapatkan? Manusia selalu kagum pada keindahan, itu juga maksudku pada tulisan yang kurangkaikan, kadang ada jeda untuk merenungkan, tapi yang penting dari itu semua adalah kejernihan. Karena jernih adalah symbol ketenangan yang kerap dapat membawa manfaat aliran pada air mata kehidupan. (lebih…)

Syair Perpisahan

Bukan syair-syair itu yang menggugah, siraman bunga itu terguyur menumbuhkan sayap-sayap cinta, semerbak wangi ditaman hati. Sekelompok awan berterbangan, lebat, bergumul, menaungi. Buih-buih sungai kian mengkerut dipantai hampir terabai.

Guratan-guratan fana dunia tertikam ketulusan sang jiwa. Qalbu melantun sepi, ucapan pergolakan raga. Berlalu dan pasti berlalu Seuntai cita terbelit cinta. Ada bulir-bulir air menggerimis. lalu pergi.

(lebih…)