Alangkah indahnya kalau setiap diri kita, bisa belajar dari alam, meresapi filosofinya, mengambil maknanya, berendah hati, serta mensyukuri nikmatNYA yang tanpa batas. Ilmu kita yang terbatas, keangkuhan diri yang membelenggu, hati yang kaku, dan keengganan untuk berendah hati, menjadikan kita memiliki arogansi ilmiah.
Merasa paling tahu dari yang lain, atau meremehkan orang lain. Ketika sebuah gelar akademis, sarjana, master, doktor, profesor etc, berbaris rapi di depan atau dibelakang nama kita. Padahal ilmu kita belum seberapa bila dibandingkan dengan ilmuNYA Sang Maha Mengetahui. Ibarat satu tetes air di samudra yang luas, itulah ilmu yang kita miliki. Allah telah mengaruniakan satu mulut, dua mata, dan dua telinga. Mulut untuk berbicara, mata untuk melihat, mengamati, dan telinga untuk mendengar. Manfaatnya adalah untuk lebih banyak melihat dan mendengar, daripada ’berbicara.’ (lebih…)