Posts Tagged ‘Jiwa’

Muhasabah Doa

Posted: Juni 21, 2013 in Muhasabah Hati, Puisi Jiwa
Tag:, , , ,

Saat Matamu terpejam, meninggalkan semua beban jiwa, pernahkah terpikir akan suatu masa? Masa ghaib atau masa depan yang akan ditentukan oleh gerakan hati di hari ini atau saat puing reruntuhan dimasa lalu membayangi, yang hikmahnya sampai detik ini sangat sulit untuk ditemukan sebagai bahan introspeksi atau saat kita berbohong kepada Allah tentang rasa khusyu’ dan ikhlas yang diselimuti riya, wibawa, harga diri atau apapun namanya, sehingga keagungan iman itu tertutupi oleh raga pembalut jiwa, entah sebesar apa dzolim yang telah dilakukan. Lalu ketika kita selesai berdo’a tentang permintaan ampunan atas kezholiman diri sendiri kita kembali menghinggapi dosa yg sama, melupakan peluh mohon ampun yang beberapa puluh detik tadi baru saja dipanjatkan, seakan hati benar-benar tertutupi keegoisan nafsu yang memasung raga. (lebih…)

Muhasabah PAgi

Posted: Maret 1, 2012 in Muhasabah Hati
Tag:, , , ,

Untaian Do’a untuk Jiwa yang Lupa

Aku meminta kepada Allah untuk menyingkirkan penderitaanku.

Allah menjawab, Tidak.

Itu bukan untuk Kusingkirkan, tetapi agar kau mengalahkannya.

Aku meminta kepada Allah untuk menyempurnakan kecacatanku.

Allah menjawab, Tidak.

(lebih…)

1. Cinta adalah menemukan diri sendiri di dalam diri orang lain, dan merasa bahagia dengan penemuan itu

2. Manusia pasti membuat kesalahan; itulah kehidupan. Tapi mencintai tidak pernah merupakan kesalahan.

3. Cinta bukanlah apa yang menjadikan kita, tapi apa yang sudah ada dalam diri kita sendiri.

4. Keberanian bukan berarti tidak punya rasa takut melainkan berani bertindak walau merasa takut

5. Tak ada orang yang pernah mencintai siapa pun dengan cara yang diinginkan setiap orang.

6. Cinta bukanlah apa yang kita rasakan, tetapi apa yang kita lakukan.

7. Bukan kisah cinta yang penting melainkan kemampuan untuk mencintai

8. Titik balik dalam proses menuju kedewasaan adalah saat kita menemukan dalam diri kita kekuatan inti yang bisa mengatasi semua rasa sakit

9. Kebahagiaan terbesar dalam hidup ini adalah keyakinan bahwa kita dicintai-dicintai karena diri kita apa adanya atau lebih lagi, dicintai walaupun seperti kita apa adanya

The Truth….

Kebenaran, Kejujuran itulah apa adanya, membiaskan setitik arti keikhlasan dan melahirkan cahaya tawakkal yang mungkin kian redup oleh keserakahan. Mencari arti kebebasan sebagai alasan untuk menemukan kekuatan, kadang membuat hati ini bingung menjaga hakikat, berusaha fokus disaat bimbang atau kuat disaat lemah seakan membelakangi makna kebenaran yang diyakini, sudah lama, lamaaaa sekali jiwa ini diam membisu, mungkin ia tak menangis tersedu-sedu ia hanya prihatin pada akibat yang dirasakan raga. Oh apalah guna, raga yang kuat berjalan tanpa semangat dari sang jiwa. Ungkapan ini sudah lama terpendam oleh penyakit hati yang terpelihara, hingga menggrogoti asa, dan mengaburkan cita-cita, tulisan inipun berusaha mengalahkannya.

Bebicara tentang rasa memang beragam, ragam jenis, ragam pendapat, ragam akibat semua sama berusaha menujukkan eksistensi hamba yang sebenarnya, hanya mereka yang bertakwalah yang mampu menemukan jalan hikmah. Tersadar di ujung gelisah pun kadang tak membuat kita berubah, apalah daya manusia, segarang apapun ia tetap merupakan zat yang fana, akan hilang ditelan masa. Setiap aliran pasti ada ujungnya, setiap harapan pasti ada pencapaian, namun kebaikan tetap datang dariNya, bukan keinginan yang membayangkan. Bayangan itu khayal, khayal yang merupakan alam ghaib dalam diri manusia, pernahkah kita membayangkan keindahan di alam ghaibNya?

Ada pesan kejujuran yang ingin tersampaikan,  diantara semua ghibah yang berkembang. Namun sayang hujan malam ini terlalu dingin untuk ditinggalkan. Merangkai bulir-bulir air senyuman, guna tercipta lantunan nada yang menggugah, hati hanya terdiam. Mendengarkan bisikan pepohonan, berharap ilham di dalam kelam. Lagu-lagu itu mulai terdendangkan, mengusik aroma jiwa, membuat rasa digeluti beribu warna. Namun disaat rangkain huruf ditiap bait merujuk pada satu rasa. Pesan inipun mulai kehilangan makna, janganlah kau terpana…..

Antara harta dan cinta, ibarat membandingkan akal dan perasaan, walaupun semua sudah di atur dalam qodhoNya, manusia punya ikhtiar, karena Tuhan memang Maha Cinta, mengajarkan mahluknya dengan perantaraan qalam, itulah mengapa manusia dianugrahi perasaan. Dalam penderitaan ada kekuatan, dalam kebahagiaan ada kesyukuran, kegagalan adalah ungkapan fana raga yang hanya bersandarkan akal, karena itu IManlah, karena ia adalah keyakinan pada Tuhan akan rahasiaNya, tak ada yang tahu, apakah besok kita masih bisa membaca dan bergumam “Alhamdulillah”, berzikirlah selagi engkau masih diberi kesempatan….

Hmmm….hujan malam ini sudah mulai berhenti, karena ia fana yang selalu ada ujungnya. Maka tak salah bila ada yang berkata manusia yang paling sengsara adalah manusia yang tak pernah sadar akan ujung hidupnya. Saat tujuan hilang dalam bimbang, nyayikanlah irama alam yang tak pernah bosan menciptakan keseimbangan. Kita hanya bagian, bukan keseluruhan, itulah indahnya persahabatan, melahirkan kesempurnaan dalam persaudaraan, walau sempurna kita fana, tetaplah  berdo’a mengharap ridhoNya…. Karena itulah ghoyatul ulya..

There is no one in this world who reallly know the truth..

I really miss the truth on my way…..